Beranda | Artikel
Silsilah Fiqih Pendidikan Anak - No: 66 (MENCERDASKAN MENTAL ANAK Bag-2 (habis))
Rabu, 12 Oktober 2022

Pada pertemuan lalu kita telah membahas beberapa kiat untuk mengasah kecerdasan mental anak. Berikut kelanjutannya:

4. Bangun motivasi dan optimisme dalam diri anak

Ajari anak untuk selalu optimis dan bersikap positif. Sikap positif ini tentu akan sangat berpengaruh bagi anak ketika ia mengambil keputusan-keputusan penting dalam hidupnya nanti. Misalnya dalam melakukan sesuatu katakanlah pada anak, “Ayo, coba dulu nak, ini tidak sulit seperti yang kamu bayangkan. Ayah/Ibu yakin kamu pasti bisa.

Anak yang diajarkan untuk selalu memiliki sikap optmis dan motivasi yang tinggi akan tumbuh menjadi pribadi yang produktif, memiliki semangat/kemauan untuk belajar, siap mencoba hal-hal yang baru, dan mampu tampil menjadi pribadi yang berani mengambil risiko.

5. Latih anak agar sanggup menghadapi kesulitan

Dalam kehidupan, pasti akan ditemui berbagai macam kesulitan. Yang perlu ditanamkan dalam diri anak adalah bagaimana nantinya anak bisa memiliki mental yang kuat, tangguh, dan tak mudah menyerah dalam menghadapai berbagai masalah dan rintangan. Bagaimana cara melatihnya? Orangtua perlu membiarkan anak agar bisa menyelesaikan masalah dan kesulitan yang dihadapinya. Misalnya, saat anak menemukan kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah yang cukup sulit, biarkan anak agar bisa menyelesaikan tugasnya sendiri. Jangan terlalu cepat membantu anak saat anak menemui kesulitan. Hal yang seperti itu tidak baik karena akan membuat anak menjadi pribadi yang tidak mandiri, tidak tangguh, dan terlalu bergantung pada sesuatu/seseorang. Biarkan anak mencoba sendiri terlebih dahulu dalam menyelesaikan kesulitannya. Anda sebagai orang tua dapat mendampingi anak, dan bila memang anak benar-benar tidak bisa menyelesaikannya, barulah Anda bisa membantu anak.

6. Ajarkan anak untuk bangkit dan tetap tegar ketika jatuh

Kegagalan demi kegagalan yang dialami anak bisa menempa anak menjadi lebih tangguh. Reaksi anak saat mengalami kegagalan biasanya akan sedih, kecewa, bahkan mungkin marah. Itu reaksi yang wajar dan normal. Namun, di saat seperti itulah peran Anda sebagai orang tua diperlukan. Ajarkan anak untuk bisa bangkit kembali saat jatuh dan tetap tegar menghadapi kegagalannya dengan terus memberikan dorongan dan semangat kepada anak. Tanamkan pada diri anak Anda agar tidak mudah menyerah dan cepat putus asa saat menemui kegagalan. Tanamkan juga dalam diri anak untuk tidak takut mencoba lagi meski sebelumnya pernah gagal.

7. Latih anak agar mampu menganalisa kegagalannya

Saat anak mengalami kegagalan, jangan mengecam atau mengejeknya dengan kata-kata yang pedas. Mentalnya bisa jatuh bila terus-menerus diperlakukan seperti itu. Sebaiknya, ajari anak agar bisa menganalisa kegagalannya. Anda sebagai orang tua dapat membantu anak, namun Anda juga perlu untuk mendorong anak agar mampu menemukan sendiri penyebab kegagalannya. Dengan demikian, anak akan tahu apa masalah yang telah menghambatnya dan bagaimana mengantisipasi agar kegagalan tersebut tidak terulang kembali.

8. Orang tua harus menjadi contoh

Orang tua merupakan cermin bagi anak. Anak akan meniru sebagian besar apa yang dilihatnya dari orang tua. Bila Anda memperlihatkan kepada anak bahwa Anda memiliki mental yang kuat, pantang menyerah, dan selalu berpikiran positif, tentunya anak Anda juga akan meniru hal-hal positif yang Anda contohkan tersebut. Jangan mengharapkan anak bisa tangguh, sementara diri Anda sendiri mempertontonkan sikap lemah dan cengeng di depan anak.

@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 1 Rabi’ul Akhir 1437 / 11 Januari 2016


Artikel asli: https://tunasilmu.com/silsilah-fiqih-pendidikan-anak-no-66-mencerdaskan-mental-anak-bag-2-habis/